Bisnis Terus Lancar; Kenali Apa itu Reorder Point dan Cara Menghitungnya

Saat Sobat tengah menjalankan bisnis, Sobat pasti melakukan berbagai cara demi mengembangkan bisnis tersebut, salah satunya adalah menerapkan proses manajemen persediaan barang yang efektif. [reorder point]

Bagi pebisnis yang telah terbiasa menerapkan proses manajemen persediaan barang, istilah reorder point mungkin sudah tidak asing lagi. Singkatnya, reorder point dapat diartikan sebagai pemesanan ulang stok barang di gudang sebelum stok barang tersebut habis. Reorder point dapat membantu Sobat untuk menentukan batas minimal stok barang di gudang. 

Pengertian reorder point dan apa manfaatnya?

Seperti dijelaskan secara singkat sebelumnya, reorder point merupakan salah satu bentuk manajemen persediaan barang yang dilakukan untuk menghindari kehabisan stok barang di gudang. Jika Sobat dapat memperhitungkan kapan reorder point sebaiknya dilakukan, Sobat tidak perlu khawatir jika barang-barang yang Sobat jual kehabisan stok di gudang. Hal ini berarti, Sobat juga terhindar dari penumpukan barang-barang di gudang, karena Sobat hanya akan melakukan reorder point jika memang dibutuhkan.

Namun, saat ini masih banyak pebisnis yang belum tahu bagaimana cara menghitung reorder point yang benar. Banyak di antara mereka yang hanya mengandalkan insting dalam penyediaan stok barang di gudang. Saat permintaan produk meningkat, mereka merasa butuh melakukan reorder point dengan segera. Padahal belum tentu stok barang yang tersedia di gudang butuh ditambah dalam waktu dekat. Alhasil, di gudang pun terjadi penumpukan barang.

Sebaliknya, saat para pebisnis tersebut melihat permintaan terhadap barang tertentu menurun, mereka tidak menambah stok barang. Hal ini bisa berakibat habisnya stok barang ketika tiba-tiba permintaan terhadap barang tersebut melonjak.

Selain untuk menghindari kehabisan stok barang dan penumpukan barang tertentu di gudang, ada beberapa manfaat lain yang bisa Sobat dapatkan jika Sobat menerapkan reorder point, yakni:

  • Membantu bisnis Sobat menjadi lebih lancar dengan mengoptimalisasi perputaran persediaan barang serta mendorong modal kerja yang efisien.
  • Meminimalisir biaya produksi dan memaksimalkan sumber daya yang telah ada.
  • Karena hampir setengah dari aset perusahaan berbentuk inventaris, maka proses reorder point akan menentukan safety stock yang dibutuhkan oleh perusahaan tersebut. Safety stock sendiri berarti jumlah stok barang yang aman, diperhitungkan jika lead time memakan waktu yang lebih lama dari biasa. Lead time merupakan rentang waktu antara order pelanggan yang telah dikonfirmasi dengan proses penjemputan atau pengiriman barang yang dilakukan oleh bisnis Sobat.

Nah, setelah memahami apa saja manfaat reorder point yang bisa Sobat dapatkan, saatnya Sobat cari tahu bagaimana cara menghitung reorder point dengan lebih akurat!

Cara menghitung reorder point

Dari penjelasan di atas, Sobat pasti sudah tahu bahwa reorder point merupakan komponen dari sekian banyak proses yang penting untuk mendorong kemajuan bisnis. Ada beberapa langkah yang dapat Sobat ikuti dalam memperhitungkan reorder point, yakni sebagai berikut:

  1. Tentukan lead time demand terlebih dahulu

Secara sederhana, lead time diartikan sebagai selisih waktu yang dibutuhkan antara pemesanan barang yang dilakukan pelanggan hingga barang tersebut diterima oleh pelanggan yang bersangkutan. Lead time bisa memakan waktu selama berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.

Durasi lead time memang sangat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti tingkat kesulitan pemesanan barang, jumlah barang yang dipesan, dan jarak lokasi pengirim dan pembeli. Jika seseorang dari luar negeri memesan produk yang Sobat jual dengan jumlah yang mencapai ribuan, maka lead time-nya akan semakin besar. Sebaliknya, jika seseorang dari kota yang dekat dengan tempat tinggal Sobat memesan satu atau beberapa item yang Sobat jual, lead time-nya akan lebih sedikit.

Agar Sobat lebih paham tentang konten lead time, mari kita buat ilustrasinya!

Katakanlah Sobat memiliki bisnis penjualan sepatu. Untuk membuat sepatu tersebut, Sobat memesan bahan baku dari Malaysia dan membutuhkan 2 hari pengemasan dan 5 hari pengiriman. Setelah bahan baku tiba di Indonesia, barang tersebut akan diperiksa oleh pihak bea cukai dengan waktu 5 hari. Setelah 2 hari, barulah bahan baku tersebut sampai di tangan Sobat.

Dari kasus ini, lead time-nya adalah 2+5+5+2= 14 hari. Artinya, Sobat harus melakukan perhitungan barang di gudang sekali dalam 14 hari. Dengan cara ini, Sobat pun akan melakukan pembelian bahan baku di waktu yang tepat. Artinya, Sobat dapat meminimalisir kekurangan stok bahan baku di gudang atau sebaliknya, meminimalisir kelebihan stok juga. 

Setelah mengetahui lead time, Sobat juga harus mempertimbangkan berapa banyak permintaan pelanggan atau lead time demand. Berikut adalah rumus lead time demand yang dapat Sobat gunakan:

Lead time demand= Lead time x rata-rata penjualan per hari

Jika rata-rata barang yang terjual per hari adalah 50 item, maka lead time demand dari bisnis Sobat adalah 17 x 50, yakni 850 item per hari. Artinya, Sobat harus menyediakan 850 produk sepatu di gudang sebagai antisipasi order dari pelanggan hingga barang yang dikirim oleh pemasok bahan baku dari Malaysia tiba. Bagaimana, Sobat? Mudah kan?

  1. Hitunglah safety stock

Secara sederhana, safety stock dapat diartikan sebagai jumlah stok barang pada titik aman (tidak kurang dan tidak lebih). Berikut rumus safety stock yang dapat Sobat gunakan:

Safety stock = (Penjualan harian tertinggi x lead time terpanjang) – (rata-rata penjualan harian x rata-rata lead time)

Agar Sobat lebih memahami konsep lead time, mari kita belajar dari contoh berikut.

Misalnya rata-rata penjual produk sepatu yang Sobat tawarkan adalah 50 item, namun setiap akhir pekan penjualan meningkat hingga 100. Lead time pengiriman bahan baku dari Malaysia ke Indonesia biasanya adalah 14 hari. Namun, karena ada kerusakan truk pengangkut barang dari Malaysia, maka lead time-nya menjadi 20 hari, berarti:

Safety stock: (100 x 20) – (50 x 14) = 1.300 item

Artinya, Sobat harus menyiapkan 1.300 pasang sepatu agar saat terjadi injury time, Sobat tidak perlu khawatir soal bagaimana cara memenuhi permintaan pelanggan.

  1. Hitunglah reorder point

Nah, setelah Sobat tahu berapa lead time demand dan safety stock atas produk Sobat, maka jumlahkan kedua hasil tersebut untuk mendapatkan reorder point.

Reorder point=  lead time demand + safety stock

Dari kasus di atas, maka reorder point adalah 850 + 1300, yakni 2.150 item. Jika stok barang di gudang sudah berada di angka 1.250, maka Sobat harus melakukan pembelian stok kembali.

Nah, Sobat, itu dia penjelasan tentang reorder point dan beberapa langkah mudah untuk melakukannya. Sobat harus ingat bahwa menentukan reorder point sangatlah penting untuk perkembangan bisnis yang sedang Sobat kelola. 

Jika saat ini Sobat membutuhkan gudang untuk penyimpanan stok barang, Sobat bisa menggunakan jasa Keeppack. Keeppack tidak hanya menyimpan barang, tetapi juga mengemas barang dan mengirimkannya hingga ke tangan konsumen. Jadi Sobat bisa #FokusJualanAja!


Share this Post:
Posted by
Lita

Email: lita@keeppack.id

Related Posts:

Leave a Comment